Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Pages

Rabu, 27 September 2017

Jangan Melupakan Sejarah



SDI Punya Cerita

Laweyan menjadi salah satu pusat batik yang tertua dan terkenal di Kota Solo setelah Kampung Batik Kauman. Kampung ini memiliki luas area 24.83 hektar dan berpenduduk kira-kira 2500 penduduk di mana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai pedagang ataupun pembuat batik.  Masjid Laweyan adalah masjid tertua yang ada di Kota Solo. Masjid Laweyan ini dulu terkenal dengan Masjid Ki Angeng Henis. Masjid ini menjadi saksi bisu penyebaran islam di Kota Solo. Arsitektur masjid ini terpengaruh oleh budaya Hindu. Dahulunya Ki Angeng Henis adalah teman dari seorang Raja dari Kerajaan Pajang. Kerajaan Pajang ini terpengaruh ajaran Hindu. Ki Ageng Henis adalah penasihat Kerajaan Pajang dan bersahabat dengan  pemuka agama Hindu. Mereka berdua pun mendirikan salah satu Pura di Laweyan. Pura di Laweyan ini berubah menjadi Langgar (Mushola) untuk melayani umat islam saat itu. Dari Langgar Laweyan berubahlah menjadi Masjid Laweyan ini. Masjid ini terletak di dekat sungai yang menjadi lalu lintas perdagangan Samanhudi, bernama Sungi anak Bangawan Solo.
 Pada tahun 1800an Kampung Lawean tidak boleh memproduksi batik oleh Belanda. Melihat hal ini, Samanhudi beserta kawan-kawan bergerak agar kampung Laweyan bisa mandiri. Awalnya Samanhudi suka menulis, lalu disarankan oleh R.M. Tirtoadisuryo untuk membuat organisasi dengan menyusun ADRT. Namun, Samanhudi tidak percaya diri, ia rasa dirinya tidak mempunyai apa-apa. Tirto memanggil Cokro untuk membantu Samanhudi, Cokro pun datang dari Surabaya. Hingga akhirnya terbentuklah SDI pada tanggal 16 Oktober 1905 diketuai oleh Samanhudi. Konggres pertama SDI bertempat di Solo. Samanhudi hanyalah lulusan SD, tapi ia mampu menjadi pemimpin Filantropi. SDI bertujuan untuk memberikan bantuan pada para pedagang pribumi agar dapat bersaing dgn pedagang Cina. Gambar disamping adalah strutur SDI.
            SDI berkembang dengan pesat, 6000 pengusaha mengikuti SDI. Belanda resah, kedudukannya terancam. Belanda mencari celah agar SDI bisa bubar. ADRT lah sasarannya. Memang saat itu ADRT SDI belum sempurna sekali, masih banyak hal-hal yang kurang tepat dan rancu. R.M. Tirtoadisuryo pun menyarankan kembali, untuk menyusun kembali ADRT dan merubah nama menjadi SI (Sarekat Islam). Saat pemilihan ketua, banyak yang sudah terkena pengaruh dari Belanda, yang menanyakan “Mengapa kalian percaya terhadap Samanhudi yang hanya lulusan Sekolah Dasar?”. Maka dipilihlah H.O.S. Cokroaminoto sebagai ketua SI, dan Samanhudi sebagai Dewan Istemewa. Samanhudi tidak langsung turun ke struktur, tetapi dia mengamati sebagai Penasihat.
SI menerbitkan surat kabar “Utusan Hindia”. SI berkembang dengan cepat dan mempunyai cabang diberbagai kota. Perkembangannya dianggap sebagai ancaman pemerintah. Sehingga pergerakannya dibatasi dengan dikeluarkannya peraturan, yaitu cabang SI harus berdiri sendiri dan terbatas daerahnya. Dibentuklah Central Sarekat Islam (CSI) yang mengorganisasikan 50 cabang kantor SI daerah. SI mengirimkan wakilnya di Volksraad. Di Volkraad, SI memegang peranan penting di Radicale Concentratie (gabungan perkumpulan yg bersifat radikal). SI berubah haluan dari kooperatif menjadi nonkooperatif dan menolak ikut serta dalam dewan rakyat yang dibentuk pemerintah
Tahun 1914 Kongres SI di Yogya dipilih HOS. Cokroaminoto menjadi pimpinan SI.Tahun 1916 dlm Kongres tahunan SI, Cokroaminoto menyampaikan pidatonya ttg perlunya pemerintahan sendiri untuk rakyat Indonesia. Dalam kongres itu dihadiri 80 anggota SI lokal dengan anggotnya sebanyak 36.000 orang. Dianggap kongres nasional krn SI mempunyai cita-cita spy penduduk Indonesia menjadi satu nation atau suku bangsa (bangsa Indonesia)
HOS Cokroaminoto adalah guru bagi Soekarno, Semaun, dan Kartosoewirjo . Tahun 1917 muncul aliran revolusioner sosialis ditubuh SI yg  berasal dr SI Semarang yang dipimpin Semaun (anggota ISDV- Indische Sociaal Democratische Vereniging, didirikan H.J.F.M. Sneevliet, 1914). Pengaruh Sosialis Komunis yg dibawa Semaun dan tokoh muda lainnya (Darsono, Tan Malaka, dan Alimin)  semakin menjalar di SI. Tahun 1921, Semaun melancarkan kritik terhadap kebijakan SI pusat sehingga timbul perpecahan. Perpecahan itu melahirkan SI Merah beraliran komunis diwakili Semaun, dan SI Putih beraliran nasionalis keagamaan diwakili Cokroaminoto
Ditetapkanlah disiplin partai agar tidak ada keanggotaan rangkap. Dan Tan Malaka (Sosialis) meminta pengecualian bagi anggota PKI. Tetapi Disiplin partai tetap diberlakukan sehingga  Semaun dikeluarkan dari SI. Tahun 1923 Kongres SI di Madiun, SI Putih  berganti menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) dan memberlakukan disiplin partai, sedang SI Merah yg didukung PKI menjadi Sarekat Rakyat. Azas perjuangan PSI adalah nonkooperatif (namun tetap mengijinkan anggotanya duduk dalam Dewan Rakyat atas nama Pribadi). Tahun 1927, Kongres PSI menegaskan azas Organisasi itu adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. PSI berbagung dengan Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) sehingga nama organisasi PSI ditambah Indonesia menjadi PSII.
Tahun 1928, dalam Kongres Pemuda PSII ikut aktif mengambil bagian dalam PPPKI. Banyaknya anggota muda dalam PSII membawa perbedaan paham antara golongan muda dan tua. Tahun 1923, timbullah perpecahan dalam organisasi PSII dengan munculnya Partai Islam Indonesia (PARII) dibawah Sukiman yg berpusat di Yogyakarta. Agus Salim dan A.M. Sangaji mendirikan Barisan Penyadar yg berusaha menyadarkan diri sesuai tuntutan zaman. Tahun 1940, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo mendirikan PSII tandingan terhadap PSII yg dipimpin Abikusno Cokrosuyoso. Perpecahan tersebut menyebabkan kemunduran PSII. Peranannya sebagai Partai Islam dilanjutkan oleh PARII dibawah pimpinan dr. Sukiman.

Selasa, 19 September 2017

Menumbuhkan Minat Baca



Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula informasi yang kita dapatkan, walaupun terkadang informasi itu kita dapatkan secara tidak langsung.
Membaca memiliki sangat banyak tujuan. Selain mendapatkan informasi, membaca juga dapat membuka wawasan yang sangat luas. Membaca juga merupakan kunci untuk membuka pintu gerbang kesuksesan. Tiada orang di dunia ini yang sukses tanpa membaca. Membaca juga merupakan sarana untuk menuntut ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan di dunia ini sangat banyak dan tak terbilang. Maka membaca perlu dibiasakan sejak dini. Semakin sering kita membaca akan semakin sulit bagi kita untuk tidak membaca. Membaca itu sendiri tidak harus membaca buku ilmiah seperti Fisika, Biologi, Sejarah, Ekonomi dan lain sebagainya. Buku cerita, cerpen, novel, artikel dan majalah pun boleh boleh saja. Buku-buku tersebut juga memiliki manfaat dan informasi seperti halnya buku-buku ilmiah. Namun, sebagian dari mereka memiliki informasi yang tidak tersampaikan secara langsung. Membaca juga dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Di zaman yang sudah canggih kali ini, membaca juga tidak perlu harus membeli buku. Bahkan membaca buku di internet sudah sangat memungkinkan. Beberapa dari buku sekolah juga sudah ada yang dibeli oleh pemerintah untuk dapat dipublikasikan secara gratis melalui media internet.
Namun amat sangat disayangkan, dewasa ini jarang kita temukan pelajar yang gemar membaca. Mengisi ruang waktu yang luang untuk membaca. Malah kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk main game, pergi ke warnet, jalan-jalan bersama teman keluar rumah. Tapi, masih ada juga sebagian dari mereka yang menanamkan sikap gemar membaca. Ada yang memiliki kegemaran membaca buku ilmiah, dan aja juga yang memiliki kegemaran membaca buku fiksi. Namun, itu tak menjadi masalah. Selagi mereka masih dapat memanfaatkan waktu luang dengan mengisi hal-hal yang bermanfaat, seperti membaca atau belajar.
Untuk menumbuhkan minat baca masyarakat,  disni saya akan membuat suatu kelompok yang berisi para relawan,  untuk mengumpulkan beberapa buku yang sudah pernah dibaca oleh pemiliknya atau sudah tidak terpakai. Selanjutnya,  apabila sudah terkumpul buku- buku tersebut, saya akan membuka suatu lapak di tengah-tengah masyarakat, seperti di taman atau tempat-tempat umum lainnya.  Saya akan mengajak masyarakat membaca, atau paling tidak menawarkan masyarakat untuk mampir ke lapak saya,  barangkali ada buku yang membuat mereka tertarik. Apabila membaca ditempat, saya akan menggratiskannya.  Namun,  apabila ada yang berminat meminjam,  saya akan berikan tarif 3000/buku dengan waktu pengembalian maksimal satu bulan. Dikembalikan ke lapak tempat dia meminjam. Uang hasil peminjaman buku tersebut akan saya sumbangkan bagi mereka yang membutuhkan.
Para relawan ini nantinya yang akan menunggui lapak, mereka menunggui lapak bisa sambil membaca buku yang ada,  ataupun melihat-lihat sekitar. Sistemnya saya akan membagi waktu untuk para relawan.  Bagi relawan yang tidak memiliki kegiatan bisa menunggui lapak,  digilir saja. Lapak akan dibuka dari pukul 09.00-21.00 WIB. Bagi para peminjam saya melakukan beberapa penyimpanan data,  seperti nama, judul buku,  alamat rumah, dan nomor handphone yang dapat dihubungi. Data itu semua digunakan untuk pengambilan buku apabila telah melewati batas pengembaliannya. Apabila telat mengembalikan akan didenda 1000/buku.
Ya,  projek yang saya buat memang seperti perpustakaan keliling, mengapa demikian?  Karena masyarakat malas mengunjungi perpustakaan yang menetap di sela-sela kesibukan mereka.  Dalam hal ini kami yang menemui masyarakat, jadi masyarakat tidak perlu repot-repot datang ke perpustakaan. Ya memang,  buku yang kami miliki tidak selengkap buku yang dimiliki perpustakaan. Saat pengembalian,  kami fleksibel,  bisa memgambil buku di tempat para peminjam berada,  asalkan daerah nya masih bisa terjangkau oleh kami.