Pengalaman Melukis
Hari itu guru seni budaya ku
memberitahu siswa kelas IX A, agar hari Sabtu minggu depan membawa alat-alat
melukis. Dalam benakku aku berkata “Oooo tidak, aku ngga punya alat-alat
melukis-_-“. Akhirnya pulang sekolah aku membeli alat-alat melukis di toko
buku, seperti kuas, pallet, dan kanvas. Di benakku aku bertanya-tanya,”Apakah
bisa aku melukis?, mungkin tidak? Habisnya selama ini aku belum pernah
melukis.” Kelas ku mandapatkan tema “Ekstrakulikuler SMP Negri 1 Subang”. Aku
terus berpikir, “kira-kira ekstrakulikuler apa yang bisa ku lukis?:/”. Aku
berpikir keras, dan akhirnya aku mendapatkan ide, aku akan melukis sebuah tenda
dan tunas kelapa. Tenda dan tunas kelapa termasuk ke dalam ekstrakulikuler
pramuka.
Hari
demi hari pun berlalu, sekarang saatnya pensilku ini membuat torehan-torehan
diatas kanvas. Yang semulanya aku akan menggambar tenda dan tunas kelapa,
karena suatu hal, berubah menjadi menggambar orang yang menggunakan baju
paskibra. Menggambar orangnya dalam dua kanvas, kanvas aku dan kanvas Dita.
Dita menggambar muka dan badannya. Sedangkan aku menggambar kakinya. Awalnya,
aku tidak yakin bisa menggambar kaki. Namun, setelah kucoba, aku pun bisa
menggambar kaki. Ternyata sekarang tidak langsung melukis, hanya membuat sketsa,
melukisnya dilanjutkan hari Sabtu minggu depan. Ada yang membuat sketsa gitar,
biola, logo spensa, logo PMR, yoyo, bulutangkis, dan masih banyak lagi. Sketsa
teman-teman ku sangatlah bagus. Aku pun tidak percaya diri dengan hasil sketsa
ku, karna aku hanya menggambar celana dan sepatu paskibra.
Hari
demi hari telah kulewati, hingga hari Sabtu pun tiba kembali. Hari ini saatnya
aku berkutat dengan cat. Bu Nida, guru seni budaya kami, hanya menyediakan cat
berwarna dasar, seprti warna kuning, biru, hitam, putih, merah. Warnanya cukup
terbatas. Oleh sebab itu, apabila aku membutuhkan warna selain warna dasar, aku
harus mencampurkan beberapa cat. Ku mulai dengan menuangkan cat berwarana biru
dan cat berwarna hitam ke atas pallet, lalu mencampurkannya, agar mendapatkan
cat berwarna biru donker untuk melukis celana. Warna biru donker pun
kudapatkan. Lalu kucelupkan kuas ku, ke dalam cat, dan menorehkannya secara
perlahan di atas kanvas. Awalnya, cukup sulit untuk melukis, namun akhirnya
dunia ku telah bersatu dengan dunia melukis. Aku sudah merasa nyaman dan enjoy
saat melukis. Serasa dunia milik sendiri, saat melukis aku tidak mau diganggu
oleh siapa pun.
Lalu,
kucampurkan kembali cat berwarna hitam, biru, kuning,dan merah. Agar
mendapatkan warna coklat, untuk melukis sepatu. Hal yang cukup sulit bagiku,
karena setiap warna yang dicampurkan harus sesuai, jangan sampai ada yang warna
terlalu banyak, nanti bisa menyebabkan warna coklat tidak akan tercipta.
Melukis celana dan sepatu sudah kuselesaikan, sekarang saatnya aku melukis
background. Saat itu aku bingung akan menggunakan warna apa untuk melukis
background. Warna hijau sudah digunakan teman, akhirnnya aku memutuskan untuk
menggunakan warna biru yang bergradasi. Pertama-tama aku menggunaka cat
berwarna biru asli. Lalu, cat berwarna biru dicampur dengan warna putih , agar
didapatkan cat berwarna biru agak muda, dari yang sebelumnya. Begitu
seterusnya, hingga jadilah gradasi. Setelah beberapa jam asyik dengan dunia
melukis, lukisan ku pun jadi, siap untuk dikumpulkan Sabtu depan. B)
Banyak
pengalaman yang kudapat saat melukis. Seperti aku harus sabar, jangan
tergesa-gesa. Karena apabila tergesa gesa lukisan ku akan jelek. Rok pramuka
aku pun menjadi kotor, karena terkena cat berwarna putih. Untung saja terkenanya
hanya sedikit. Hingga sekarang noda itu masih ada, karena tidak mempunyai
tinner untuk membersihkanya. Dalam benaku berkata “wkkkwkwkw #watirr sekali
hidupmu Rin”.
Tak terasa, sekarang sudah hari sabtu lagi.
Saatnya aku mengumpulkan hasil karya ku. Bu Nida menyatukan semua kanvas siswa
kelas IX A. Terlihat Ibu Negara(Zahra) dengan Bu Nida diskusi, untuk menyatukan
lukisan kami dengan menggunakan pola garis melengkung. Aku dan teman-teman sepakat untuk mewarnai
pola tersebut dengan warna kuning. Aku cukup senang, karena lukisan ku yang
terkena pola hanya sedikit, jadi melukisnya kembali dengan warna kuning pun
tidak akan memakan waktu lama. Ternyata aku salah pengertian, setelah aku
bertanya beberapa kali ke Ibu Negara, “yang harusnya di lukis ulang tuh, yang
ini”(sambil nunjuk ke daerah background yang besar), begitu katanya. “Oooo tidaakkkkk, aku harus melukis ulang
backgroundnya:’( padahal aku sudah capek-capek melukis background itu, dan
sekarang harus dilukis ulang:’( penyiksaan bangett. Kenapa ga dari waktu itu
aja dibuat polanya?:’(“jeritku dalam hati.
Aku
memulai semuanya dari awal. Sekarang aku harus memutihkan background yang akan
di lukiskan dengan cat berwarna kuning, agar warna birunya tidak terlihat.
Anehnya saat melukis ulang, ko terasa mudah capek, pegel, tidak seperti saat
pertama melukis. Sudah bosen kali yaa(?). Ku tuangkan cat berwarna putih ke
atas kanvas, lalu aku mencelupkan kuasnya, dan mulai melukis ulang. Semua
background yang terkena pola sudah berwarna putih. Kembali kutuangkan cat
berwarna kuning, untuk melukis background tersebut. Lukisan ku sudah jadi
kembali. Namun, aku merasa kurang puas dengan lukisan ku yang sekarang, lebih
merasa puas dengan lukisan ku yang sebelumnya. Warna backgroundnya hanya kuning
polos, tanpa dicampur dengan warna apapun. Hati aku kurang srekk dengan warna background, yang kuning polos. Akhirnya aku
melukis ulang backgroundnya dengan menggunakan sedikit campuran warna oranye
dengan kuning. Sekarang aku sudah merasa puas kembali dengan hasil lukisan ku.
Keesokan
harinya Bu Nida kembali menyatukan lukisan kami. Jleggerrr rr. Petir
menghampiri diriku. Dddddaaaannnnnnn akuuuuu harus kembali melukis background
menggunakan warna kuning, karena background aku terlalu berwarna oranye.:’(
“Oooo tidakkk. Mengapa harus salah lagi? Mengapaaaa? Aku bingung, kalau
backgroundnya kuning polos aku ga sukaaaa… aaahhhh akuu harus
gimanaa??:’(“ucapku dalam hati kesaal. Terpaksa besok aku harus melukis ulang
lagiii :’(
Hari
ini, saatnya aku melukis ulang lukisan ku, dengan warna kuning. Beberapa kali
aku melukis backgroundnya, agar tidak terlihat oranye lagi. “Zahra kaya
gini?”sebari menunjukan lukisan ku. “ih Arini, kurang ada hiasan.” Ucap Zahra.
Dan sekarang aku baru mengerti , sebenernya lukisan ku berwarna agak oranye
juga ga apa-apa, harusnya tuh ada sedikit sentuhan terakhir atau hiasan-hiasan
gitu dehh. Aku pun berdiskusi dengan Dita, kira-kira hiasan apa yang cocok
untuk digunakan di lukisan kami. Akhirnya, kami sepakat untuk membuat
titik-titik cat, yang dituangkan langsung dari tempat catnya ke kanvas kami.
Selain itu, kami juga membuat, beberapa garis lengkung, yang dituangkan
langsung dari tempat cat ke kanvas kami.
Di
bagian kiri background lukisan aku, aku membuat pola hiasan titik-titik yang
dituangkan langsung dari tempat cat ke kanvas, agar catnya timbul. Di bagian kanan backgroundnya, aku membuat
beberapa garis lengkung, yang dituangkan langsung dari tempat cat, agar catnya
timbul juga. Di bagian tengah background aku menyatukan hiasan titik-titik dengan
hiasan garis lengkung. Setelah itu, aku menaburi gliter, agar ada
blink-blinknya gitu deh:D Lalu, aku jemur lukisannya di taman, karena apabila
tidak dijemur, keringnya pasti akan lama, kebetulan saat itu cuaca sedang
cerah/panas.
Setelah
beberapa menit aku mengambil lukisan ku, dan aku melanjutkan melukis tiga
dimensi, dengan menggunakan media Koran dan lem fox. Awalnya, aku bingung, bagian mana yang akan
ditimbulkan, karena objek yang aku lukis hanya sedikit. Aku meminta saran Dita,
“Bagian pesaknya aja Rin yang ditimbulkan.”kata Dita. Aku pun mengikuti
sarannya. Langsung aku membuat pola pesak di Koran, dan menilapkannya beberapa
kali, hingga menjadi tebal. Setelah itu aku olesi lem, lipatan Koran yang satu,
dengan yang lainnya, dan langsung aku lukis. Sesudah melukis, aku pun
menjemurnya. Dalam waktu beberapa menit, lukisannya sudah kering, lalu aku
olesi lem fox, dan menempelkannya di objek pesak yang sudah aku lukis diatas
kanvas.
Saat
proses melukis, aku dan Dita sering kali berdiskusi. Kadang Dita juga
menanyakan bagaimana saranku, atau bahkan sebaliknya, aku yang menanyakan
bagaimana saran Dita. Kadang juga kami berdebat. Bila aku sudah selesai melukis
, aku selalu membantu Dita, Karna begitu sulitnya objek yang harus Dita lukis.
Setelah mengalami jatuh bangun beberapa kali, lukisan aku pun jadi, dengan
background yang lumayan abstrak, menurutku. Aku melihat lukisan Dita dan Zahra,
gilaaa, lukisan mereka menurutku bagus. Aku pun makin tidak percaya diri dengan
hasil karyakuuu. Aku bersyukur, walaupun menurutku lukisan aku ini jelek, tugas
untuk melukis udah selesai:D . Ga akan ada lagi yang namanya melukis ulang!
Sekarang lukisan ku udahh jadii, horeeee:D Butuh perjuangan untuk menyelesaikan
lukisan ini. Lima kali aku harus melukis ulang, sehingga bisa menjadi lukisan
seperti ini. Bayangkan lima kali! Sangat-sangat menyita waktu. Betapa pegalnya
tanganku ini, untuk melukisL
dannnn sekarang aku bahagia, karena tugas ku untuk melukis sudah selesai:D
hhhhoreeeeee :D