Judul Buku : Lautku Kembali Biru
Pengarang : Dra. Hj. Aisyah
Penerbit : Azka Press
Tahun Terbit : 2008
Daftar isi :
Turun Ke Laut ………………………………………… 3
Cerita Bu Ani ……………………………………………
4
Sang Dermawan
……………………………….……. 6
Turun Ke Laut
“Kukuruyuk…, kukuruyuk…, kukuruyuk…” tedengar
suara ayam jantan berkokok. Tidak lama kemudian suara azdan subuh bergemuruh.
Penduduk pinggir pantai hampir semuanya mereka ke masjid untuk melaksanakan
shalat subuh. Setelah shalat subuh mereka berdoa agar diberi curhatan rahmat,
limpahan rizki yang halal serta terbukanya pintu ampunan. Biasanya sehabis
shalat subuh mereka suka duduk-duduk di teras rumah sambil meminum secangkir
kopi & sebatang rokok.
Terlihat laki–laki setengah baya
sedang meminum kopi kentalnya sambil menghisap sebatang rokok. Tidak lama
kemudian datanglah istrinya membawa beberapa ubi rebus diatas piring. “Pak hari
ini akan melaut?” kata istrinya, “Benar bu!” sahut suaminya, “Pak, kalau sedang
melaut hati–hati ya, karena sekarang sedang musim penghujan & ombaknya
besar- besar.”
“Iya bu, kami akan selalu berhati –
hati dan bila ada ombak besar atau badai kami akan segera menepi” sahut
suaminya. Terlihat dari kejauhan ada lelaki sebayanya menghampirinya. Rupanya
ia bernama Pak Munif ia temannya Pak Sanif. Ia ke rumah Pak Sanif untuk
mengajak Pak Sanif melaut pagi ini.
Tidak beberapa lama kemudian datang seorang
anak laki–laki yang bernama Dirman. “Ayah, bawakan aku ikan yang sangat besar
ya? ikan yang ajaib seperti yang ada dibuku ceritaku” kata Dirman, “Insyaallah”
sahut ayahnya. Dirman menghampiri ayahnya karena ia mau mengantar ayahnya
sampai ke pinggir laut.
Diperjalan pulang Dirman bertemu dengan Sungaib teman sekelasnya.
Sungaib terheran heran, karena ayah
Dirman berangkat melaut kenapa pagi biasanyakan malam.
“Hai, mengapa Ayahmu melaut pada pagi
hari? Bukankah kebiasaan penduduk kampung kita melaut pada malam hari? Seperti
kata Pak Guru, pada malam hari angin bertiup dari darat ke laut pada siang hari
angin bertiup dari laut ke darat,” kata Sungaib.
“Hm, Sungaib, perahu yang ditumpangi
oleh Ayahku & kawan–kawannya tidak lagi bergantung pada angin, karena
digerakan oleh motor jadi Ayahku bisa melaut kapan saja. Lagi pula Ayahku
menangkap ikan dengan jaring muroami,
tidak menggunakan jala atau jaring biasa.”
Sungaib rupanya tertarik pada cerita
Dirman. Ia meminta Dirman untuk menceritakannya nanti bila akan berangkat
sekolah & Sungaib akan menjemput Dirman. Di perjalanan mau ke sekolah
Dirman menceritakannya panjang lebar.
Tanpa terasa keduanya sudah sampai di
kelasnya. Ternyata dikelasnya kosong tidak ada siapa–siapa, karena mereka datang
terlalu pagi bahkan mereka datang mendahului petugas piket di hari itu. Dirman
& Sungaib memutuskan untuk membersihkan kelas. Tidak lama kemudian datanglah
petugas piket yang bernama Ayub. Ia sangat kagum kepada Dirman karna Dirman
rajin.
Cerita Bu Ani
Bel tanda masuk berbunyi. Tidak lama
kemudian Bu Ani datang ia yang akan mengajar di kelas Dirman sekarang. Dirman
lalu menyiapkan teman–temannya untuk berdoa & memberikan salam.
Hari ini Bu Ani akan mengajarkan
tentang lingkungan laut. “Nah, anak – anak kalian tahukan bahwa Negara kita
adalah Negara maritim. Bahkan Negara kita memiliki lebih dari 13.000 pulau yang
berarti kita juga mempunyai akan laut yang kaya, kita harus menjaganya baik–baik.
Ada yang mau bertanya?”
“Kalau tidak ibu akan melanjutkanya.
Kita boleh saja menangkap ikan di laut, tetapi jangan menggunakan racun atau
bom karna bisa mengganggu habitat laut, benih–benih ikan kecil akan mati karena
bom atau racun itu. Jadi kita tidak boleh menangkap ikan dengan bom atau racun tersebut,
melainkan dengan alat–alat pancing yang ramah lingkungan. Kalau ada yang
ketahuan menangkapnya dengan racun atau bom tersebut kita bisa dapat hukuman
penjara. Ada yang mau bertaya?”
“Apakah ibu dapat memberi contoh yang
lain selain lingkungan laut?” kata Dirman.
“ Pertanyaan yang bagus, selain
lingkungan laut ada juga lingkungan hutan. Di lingkungan hutan terdapat banyak
pohon yang bisa diolah menjadi kayu untuk membangun rumah kita. Bila kita
menebang kayu itu secara besar–besaran kita dapat merusak lingkungan hutan.
Seperti hewan-hewan dihutan tersebut akan mati & pada musim hujan, hutan
yang gundul dapat menyebabkan banjir. Makanya kita harus menerapkan sistem
tebang pilih dan reboisasi pada hutan. Ada yang mau bertanya lagi?”
“ Bu, apa yang dimaksud sistem tebang
pilih dan reboisasi?” kata Sungaib.
“Tebang pilih yaitu tidak menebang
sembarang pohon & reboisasi yaitu penanaman hutan kembali. Kalian
paham?” kata Bu Ani. “ Paham Bu” jawab
anak–anak serentak.
“ Bu apakah cara penangkapan ikan di
daerah kita sudah benar?” tanya Ayub.
“ Penangkapan ikan dikampung kita
masih asri yaitu dengan menggunakan peralatan tradisional. Kita harus
menjaganya jangan sampai para nelayan dikampung kita terpengaruh oleh tangan-tangan
jahat.”
Anak-anak mengangguk–anggukan kepala, diiringi
dengan janji dalam hati untuk menjaga
amanat Bu Ani itu. Sebenarnya Bu Ani ingin berbicara panjang lebar, tapi bel
pergantian jam pelajaran sudah berdentang. Namun hati mereka seperti terus
mengingat masalah itu. Bisa jadi, hal itu disebabkan oleh lingkungan mereka
yang ada dipinggir laut.
Sang Dermawan
Suatu hari, Dirman & Sungaib
berjalan – jalan di tepi pantai. Mereka berdua memang sering menikmati
pemandangan pantai. Deburan ombak tidak bosan–bosan membentur karang yang teguh
dan kukuh. Pantas orang sering menyebut
setegar batu karang sebagai simbol orang yang teguh pendirian.
Tidak lama kemudian ada mobil yang
mengarah ke desanya. Ternyata mobil itu berhenti di depan Sungaib & Dirman.
Lalu orang yang di dalam mobil itu turun. Ia menanyakan dimana rumah kepala kampung
disini. Sungaib & Dirman pun mengantarkannya sampai ke rumah kepala kampung.
Orang itu pun langsung menemui Pak
Jafar. Ia memperkenalkan diri kepada Pak Jafar. Ia bernama Pak Juned. Setelah
memperkenalkan diri Pak Juned langsung mengutarakan maksud kedatangannya. Pak
Juned kemari ingin membeli ikan hasil tangkapan nelayan, yang bernama ikan Napoleon & Grouper. Ternyata di
kampung Dirman ada ikan tersebut. Pak Juned langsung membeli semua ikan itu
dengan harga Rp. 8000 ,- per kilogram.
Warga di kampung itu sangat senang
kepada Pak Juned. Karena Pak Juned sangat dermawan & baik hati. Kalau orang–orang
menerima tamunya dengan suka cita, tidak demikian dengan Bu Ani guru Dirman.
Entah kenapa guru itu kurang senang melihat keberadaaan Pak Juned di kampung
itu. Ia takut ada pamrih dibalik semua ini.
0 komentar:
Posting Komentar