ANALISIS NOVEL
A.
Unsur
Intrinsik Novel
1.
Judul
: Agung AnakTransmigran
2.
Tema
: Transmigrasi
3.
Pelaku
dan Watak :
Ø
Agung : Baik, ramah, pantang menyerah, mau bekerja
keras, suka menolong, bijaksana, adil, penyabar, dan pemberani.
Ø
Wage : Baik, jahil, pantang menyerah, mau
berkerja keras, penyabar, dan pemerani.
Ø
Amir : Baik, pantang menyerah, mau berkerja
keras, penyabar, dan pemberani.
Ø
Urip : Baik, pantang menyerah, mau berkerja
keras, penyabar, dan pemberani.
Ø
Darmi : Baik, pantang menyerah, ramah, mau berkerja
keras, dan penyabar, pemberani.
Ø
Anne
: Baik, pantang menyerah, ramah, mau
berkerja keras, dan penyabar, pemberani.
Ø
Ir.
Wayan:Dermawan, baik hati, suka menolong, dan ramah.
Ø
Bondan : Jahil, gemar mengejek teman, dan suka ngomong
ngawur saat pelajaran.
Ø
Pipit : Gemar mengkritik, ramah, dan pemarah.
Ø
Bandol
: Gemar mencibir, pemalas, pemarah,
rajin setelah melihat anak- anak berladang, boros, dan gemar
menghardik.
Ø
Plered
: Gemar mencibir, pemalas, pemarah,
rajin setelah melihat anak- anak berladang, boros, dan gemar
menghardik.
4.
Latar
a.
Tempat
: Ruangan kelas, bawah pohon akasia,
ladang, belakang rumah Plered, hutan, parit, kandang, dan sekolah.
b.
Suasana
: Mencekam, menyedihkan, dan menggembirakan.
c.
Waktu
: Pagi, siang, sore, dan malam.
5.
Alur
Agung adalah anak tranmigrasi. Dahulu ia
tinggal Kebumen. Ayah Agung lebih memilih ditransmigrasikan oleh pemerintah ke
daerah Kapaspadi, di karenakan hidupnya di Kebumen kurang memadai. Agung lebih
senang tinggal di daerah Kapaspadi dibandingkan di Kebumen. Karena di kebumen
ia tidak mempunyai tanah, ayahnya hanyalah buruh tani, tetapi di Kapaspadi ia
mendapatkan dua hektar tanah, makanan ia, dijamin selama satu tahun, semuanya
ia dapat secara cuma-cuma.
Agung terkenal di sekolahnya sebagai
siswa yang pintar, bijaksana, adil, dan masih banyak lagi. Hingga pada suatu
saat Agung dan teman-temannya mempunyai keinginan untuk membangun perpustakaan
di sekolahnya. Tetapi ia bingung akan uang untuk membeli buku, yang akan disimpan
di perpustakaanya tersebut.
Agung teringat dengan Ir. Wayan Gelgel.
Agung dan teman-temannya mendatangi rumah Ir. Wayan untuk menceritakan
keinginan membangun perpustakaan. Ir. Wayan memberikan satu hektar tanah untuk
ditanami tanaman,dan hasilnya bisa mereka gunakan untuk membeli buku. Agung
beserta teman-temannya sudah sepakat untuk ditanami jagung. Setelah jagung siap
untuk dipanen esok pagi, malamnya ada segerombolan babi hutan. Babi hutan
tersebut mengubrak-abrik ladang Agung, akhirnya Agung dan teman-temannya tidak
bisa memanen jagung. Mereka menanami kembali ladangnya dengan Cabai. Cabai siap
di panen esok pagi, tetapi karna cuaca sedang tidak bersahabat, tiga hari tiga
malam daerah Kapaspadi di guyur hujan lebat, akibatnya cabai yang siap panen
menjadi busuk.
Mereka sangat sedih,tetapi mereka
pantang mmenyerah, mereka memupuk kembali pohon cabainya. Hingga pada suatu
saat cabai mereka siap dipanen. Mereka sudah mendapatkan tengkulak yang akan
memebeli cabai tersebut. Tengkulak tersebut membawa terlebih dahulu cabainya ke
kota, dan tengkulak tersebut berjanji akan segera kembali untuk menyerahkan
uangnya. Agung percaya dengan tengkulak tersebut. Tetapi, setelah Agung dan
teman-temannya menuggu beberapa bulan, tengkulak itu tidak datang memenuhi
janji. Sekarang barulah mereka yakin bahwa tengkulak telah menipunya.
Pada saat di sekolah, Agung dan
teman-temannya dipanggil oleh kepala sekolah. Ternyata, Agung dan
teman-temannya diberi kepercayaan oleh kepala sekolh untuk mengelola buku.
Agung dan teman-temannya sangat senang. Setelah pulang sekolah, ada Ir.Wayan
yang telah menunggu di depan sekolah. Pandangan Agung terfokous kepada orang
disebelah Ir. Wayan. Agung merasa ia mengenali wajah tersebut, setelah ia
ingat-ingat, dia adalah tengkulak yang membeli cabai Agung. Teman-teman Agung
memaki-maki tengkulak tersebut. Ir.Wayan memarahi teman-teman agung, dan
menjelaskan apa yang telah terjadi. Tengkulak itu datang ke desa ini untuk
memenuhi janjinya kala itu. Dia terkena kecelakaan, sehingga dia tidak bisa
membayar tepat waktu.
6.
Amanat
:
Ø
Harus
sabar dan tabah bila menghadapi ujian.
Ø
Mensyukuri
apa yang telah diberikan.
Ø
Jangan
pantang menyerah.
Ø
Berusaha
sekuat tenaga.
Ø
Gapailah
cita-cita kalian dengan berbagai cara.
7.
Sudut
Pandang :
B.
Sinopsis
Agung Anak
Transmigran
Disebuah desa transmigran yang bernama
desa Kapaspadi tinggalah Agung dan keluarganya. Agung berasal dari kebumen, ia
di transmigrasikan oleh pemerintah ke daerah Kapaspadi. Agung lebih senang
berada di daerah Kapaspadi, dibandingkan di Kebumen. Karena di kebumen ia tidak
mempunyai tanah, ayahnya hanyalah buruh tani, tetapi di Kapaspadi ia mendapatkan
dua hektar tanah, makanan ia, dijamin selama satu tahun, semuanya ia dapat
secara cuma-cuma.
Lonceng berdentang. Murid-murid masuk ke
dalam kelas masing-masing. Seperti biasa, pagi itu Agung mengabsen
teman-temanya. Tak lama kemudian ada kepala sekolah memasuki kelas Agung. Tak
seorang pun berbicara. Kelas terasa sunyi. Kepala sekolah memberitahu, bahwa
hari ini Pak Rudi tidak dapat mengajar, karna beliau sedang mendapatkan musibah,
dua jam pelajaran akan kosong, kalian boleh meninggalkan kelas tapi jangan
meninggalkan halaman sekolah, dan jangan sekali-kali mengganggu kelas lain.
Lima orang duduk dibawah pohon akasia.
Mereka adalah Agung, Wage, Urip, Anne dan Darmi. Agung mempunyi gagasan besar.
Ia pun langsung memberitahukan kepada teman-temannya. Gagasan nya yaitu Agung
ingin membuat perpustakaan di Sekolahnya. Namun Ia bingung, bagaimana
mendapatkan uang untuk membeli buku yang akan disimpan di perpustakaan.
Agung teringat dengan Ir. Wayan.
Ir.Wayan adalah kepala proyek pertanian pengganti Ir. Tobing. Ir.Wayan pernah
ditolong oleh Agung saat mobilnya kehabisan bahan bakar. Pikir Agung, mungkin
Ir.Wayan bisa membantu. Ia dan teman-temannya merencanakan untuk berkunjung ke
rumah Ir.Wayan untuk memberitahukan gagasan tersebut.
Keesokan harinya, Agung dan teman-teman
pergi ke rumah Ir.Wayan. Agar perjalan tidak jauh, mereka melewati jalan
pintas, yaitu melalui Hutan. Setelah beberapa lama mereka sampai di rumah Ir.Wayan. Mereka
membawa beberapa hasil jerih payah mereka, diantaranya Agung membawa pisang
susu, Darmi membawa bengkuang, Wage membawa talas Bogor, dan Urip membawa telur
bebek.
Saat kami sampai di rumah Ir.Wayan,
beliau sedang memperbaiki mesin mobilnya di garasi. Tangannya kotor bergelimang
oli. Betapa senangnya Ir.Wayan mendapat kunjugan anak-anak transmigran itu.
Ir.Wayan ke belakang terlebih dahulu, untuk mencuci tangannya yang bergelimang
oli.
Setelah Ir.Wayan kembali, mereka
memberikan oleh-oleh. Lalu, Agung mengutarakan maksudnya mengunjungi Ir.Wayan.
Dengan panjang lebar Agung menceritakan masalahnya. Ir.Wayan mendengarkan
dengan seksama.
Ir.Wayan mengerti maksud Agung dan
teman-teman. Ir.Wayan memberikan satu hektar lahan kosong, untuk mereka garap
dan ditanami tanaman, dan hasilnya bisa mereka belikan buku pelajaran. Agung
meerima lahan itu dengan senang hati, ia mengucapkan banyak terimakasih kepada
Ir.Wayan. setelah itu mereka pulang ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya mereka berkumpul
kembali. Agung dan teman-temannya sepakat untuk menanami lahan kosong itu
dengan tanaman jagung. Dengan penuh semangat mereka mencangkuli lahan kosong.
Setiap hari mereka memberikan pupuk tanaman jagung, agar jagungnya tumbuh
besar. Beberapa bulan berlau, esok pagi jagung siap dipanen. Namun apa yang
terjadi? Segerombolan babi hutan merusak ladang mereka.
Saat mereka akan memanen jagung, wajah
mereka yang berseri-seri berubah menjadi kesedihan. Mereka sangat sedih, ketika
melihat ladangnya yang telah luluh lantah oleh babi hutan. Namun mereka tidak
pantang menyerah, mereka kembali menggarap lahan mereka dan ditanami cabai.
Mereka memilih menanam cabai karena babi tidak suka yang pedas-pedas.
Pada suatu malam terjadi perburuan masal
babi. Perburuan itu terjadi da belakang rumah Plered. Banyak babi yang terbunuh
dalam perburuan ini, sekitar empat puluh dua ekor. Jumlah yang tidak sedikit.
Pantas saja ladang jagung Agung, luluh lantah, hanya dalam satu malam.
Cabai siap di panen esok pagi, tetapi
karna cuaca sedang tidak bersahabat, tiga hari tiga malam daerah Kapaspadi di
guyur hujan lebat, akibatnya cabai yang siap panen terebut menjadi busuk. Agung
dan teman-temannya pun bersedih kembali, begitu banyak masalah yang menimpanya,
padahal niat Agung baik untuk membeli buku yang akan disimpan di perpustakaan.
Agung dan teman-temanya kembali memupuk
pohon cabainya agar berbuah lagi. Hingga pada suatu saat cabai mereka siap
dipanen. Mereka sudah mendapatkan tengkulak yang akan memebeli cabai tersebut.
Tengkulak tersebut membawa terlebih dahulu cabainya ke kota, dan tengkulak
tersebut berjanji akan segera kembali untuk menyerahkan uangnya. Agung percaya
dengan tengkulak tersebut. Tetapi, setelah Agung dan teman-temannya menuggu
beberapa bulan, tengkulak itu tidak datang memenuhi janji. Sekarang barulah
mereka yakin bahwa tengkulak telah menipunya.
Pada saat di sekolah, Agung dan
teman-temannya dipanggil oleh kepala sekolah. Ternyata, Agung dan
teman-temannya diberi kepercayaan oleh kepala sekolh untuk mengelola buku.
Agung dan teman-temannya sangat senang.
Setelah pulang sekolah, ada Ir.Wayan
yang telah menunggu di depan sekolah. Pandangan Agung terfokous kepada orang
disebelah Ir. Wayan. Agung merasa ia mengenali wajah tersebut, setelah ia
ingat-ingat, dia adalah tengkulak yang membeli cabai Agung. Teman-teman Agung
memaki-maki tengkulak tersebut. Ir.Wayan memarahi teman-teman agung, dan
menjelaskan apa yang telah terjadi. Tengkulak itu datang ke desa ini untuk memenuhi
janjinya kala itu. Dia terkena kecelakaan, sehingga dia tidak bisa membayar
tepat waktu.
Lima belas tahun kemudian, kelima anak
transmigran itu sudah menjadi orang-orang sukses. Diantaranya Agung sudah menjadi wartawan yang bertugas di
PBB. Anne sudah menjadi dokter. Urip sudah menjadi pejabat penting di
Departemen Pertanian. Wage sudah menjadi pemimpin dua pabrik tepung tapioka dan
sebuah pabrik gula di Irian Jaya. Darmi sudah menjadi Kepala SMA Negri di
Kapaspadi. Anak –anak transmigran banyak yang telah menjadi sarjana. Banyak
pula yang menjadi pejabat penting, pengusaha, dan perwira ABRI.
C.
Komentar
atau Tanggapan
Menurut
saya, novel yang berjudul ‘Agung Anak Transmigran’ itu sangat bagus untuk remaja sekarang. Karna
mengajarkan bagaimana susahnya hidup melawan kemiskinan, banyak sekali remaja
sekarang yang boros. Selain itu novel ini juga mengajarkan kesebaran dan
ketabahan yang luar biasa dalam menghadapi cobaan. Novel ini juga mengajarkan
kita untuk tidak pantang menyerah dalam segala hal. Semoga dengan adanya novel
ini remaja sekerang jadi makin baik. Saya sangat menyukai novel ini.
0 komentar:
Posting Komentar