Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Pages

Selasa, 09 April 2019

Sinopsis Buku Lautku Kembali Biru


Judul Buku         :  Lautku Kembali Biru

Pengarang          :  Dra. Hj. Aisyah

Penerbit             :  Azka Press

Tahun Terbit      :  2008







Daftar isi :

Turun  Ke Laut ………………………………………… 3

Cerita Bu Ani …………………………………………… 4

Sang Dermawan ……………………………….……. 6













Turun Ke Laut

          “Kukuruyuk…, kukuruyuk…, kukuruyuk…” tedengar suara ayam jantan berkokok. Tidak lama kemudian suara azdan subuh bergemuruh. Penduduk pinggir pantai hampir semuanya mereka ke masjid untuk melaksanakan shalat subuh. Setelah shalat subuh mereka berdoa agar diberi curhatan rahmat, limpahan rizki yang halal serta terbukanya pintu ampunan. Biasanya sehabis shalat subuh mereka suka duduk-duduk di teras rumah sambil meminum secangkir kopi & sebatang rokok.

          Terlihat laki–laki setengah baya sedang meminum kopi kentalnya sambil menghisap sebatang rokok. Tidak lama kemudian datanglah istrinya membawa beberapa ubi rebus diatas piring. “Pak hari ini akan melaut?” kata istrinya, “Benar bu!” sahut suaminya, “Pak, kalau sedang melaut hati–hati ya, karena sekarang sedang musim penghujan & ombaknya besar- besar.”

          “Iya bu, kami akan selalu berhati – hati dan bila ada ombak besar atau badai kami akan segera menepi” sahut suaminya. Terlihat dari kejauhan ada lelaki sebayanya menghampirinya. Rupanya ia bernama Pak Munif ia temannya Pak Sanif. Ia ke rumah Pak Sanif untuk mengajak Pak Sanif melaut pagi ini.

          Tidak beberapa lama kemudian datang seorang anak laki–laki yang bernama Dirman. “Ayah, bawakan aku ikan yang sangat besar ya? ikan yang ajaib seperti yang ada dibuku ceritaku” kata Dirman, “Insyaallah” sahut ayahnya. Dirman menghampiri ayahnya karena ia mau mengantar ayahnya sampai ke pinggir laut.

          Diperjalan pulang  Dirman bertemu dengan Sungaib teman sekelasnya. Sungaib  terheran heran, karena ayah Dirman berangkat melaut kenapa pagi biasanyakan malam.

          “Hai, mengapa Ayahmu melaut pada pagi hari? Bukankah kebiasaan penduduk kampung kita melaut pada malam hari? Seperti kata Pak Guru, pada malam hari angin bertiup dari darat ke laut pada siang hari angin bertiup dari laut ke darat,” kata Sungaib.

          “Hm, Sungaib, perahu yang ditumpangi oleh Ayahku & kawan–kawannya tidak lagi bergantung pada angin, karena digerakan oleh motor jadi Ayahku bisa melaut kapan saja. Lagi pula Ayahku menangkap ikan dengan jaring muroami, tidak menggunakan jala atau jaring biasa.”

          Sungaib rupanya tertarik pada cerita Dirman. Ia meminta Dirman untuk menceritakannya nanti bila akan berangkat sekolah & Sungaib akan menjemput Dirman. Di perjalanan mau ke sekolah Dirman menceritakannya panjang lebar.

          Tanpa terasa keduanya sudah sampai di kelasnya. Ternyata dikelasnya kosong  tidak ada siapa–siapa, karena mereka datang terlalu pagi bahkan mereka datang mendahului petugas piket di hari itu. Dirman & Sungaib memutuskan untuk membersihkan kelas. Tidak lama kemudian datanglah petugas piket yang bernama Ayub. Ia sangat kagum kepada Dirman karna Dirman rajin.



Cerita Bu Ani

          Bel tanda masuk berbunyi. Tidak lama kemudian Bu Ani datang ia yang akan mengajar di kelas Dirman sekarang. Dirman lalu menyiapkan teman–temannya untuk berdoa & memberikan salam.

          Hari ini Bu Ani akan mengajarkan tentang lingkungan laut. “Nah, anak – anak kalian tahukan bahwa Negara kita adalah Negara maritim. Bahkan Negara kita memiliki lebih dari 13.000 pulau yang berarti kita juga mempunyai akan laut yang kaya, kita harus menjaganya baik–baik. Ada yang mau bertanya?”

          “Kalau tidak ibu akan melanjutkanya. Kita boleh saja menangkap ikan di laut, tetapi jangan menggunakan racun atau bom karna bisa mengganggu habitat laut, benih–benih ikan kecil akan mati karena bom atau racun itu. Jadi kita tidak boleh menangkap ikan dengan bom atau racun tersebut, melainkan dengan alat–alat pancing yang ramah lingkungan. Kalau ada yang ketahuan menangkapnya dengan racun atau bom tersebut kita bisa dapat hukuman penjara. Ada yang mau bertaya?”

          “Apakah ibu dapat memberi contoh yang lain selain lingkungan laut?” kata Dirman.

          “ Pertanyaan yang bagus, selain lingkungan laut ada juga lingkungan hutan. Di lingkungan hutan terdapat banyak pohon yang bisa diolah menjadi kayu untuk membangun rumah kita. Bila kita menebang kayu itu secara besar–besaran kita dapat merusak lingkungan hutan. Seperti hewan-hewan dihutan tersebut akan mati & pada musim hujan, hutan yang gundul dapat menyebabkan banjir. Makanya kita harus menerapkan sistem tebang pilih dan reboisasi pada hutan. Ada yang mau bertanya lagi?”

          “ Bu, apa yang dimaksud sistem tebang pilih dan reboisasi?” kata Sungaib.

          “Tebang pilih yaitu tidak menebang sembarang pohon & reboisasi yaitu penanaman hutan kembali. Kalian paham?”  kata Bu Ani. “ Paham Bu” jawab anak–anak serentak.

          “ Bu apakah cara penangkapan ikan di daerah kita sudah benar?” tanya Ayub.

          “ Penangkapan ikan dikampung kita masih asri yaitu dengan menggunakan peralatan tradisional. Kita harus menjaganya jangan sampai para nelayan dikampung kita terpengaruh oleh tangan-tangan jahat.”

          Anak-anak mengangguk–anggukan kepala, diiringi dengan janji dalam hati  untuk menjaga amanat Bu Ani itu. Sebenarnya Bu Ani ingin berbicara panjang lebar, tapi bel pergantian jam pelajaran sudah berdentang. Namun hati mereka seperti terus mengingat masalah itu. Bisa jadi, hal itu disebabkan oleh lingkungan mereka yang ada dipinggir laut.







Sang Dermawan

          Suatu hari, Dirman & Sungaib berjalan – jalan di tepi pantai. Mereka berdua memang sering menikmati pemandangan pantai. Deburan ombak tidak bosan–bosan membentur karang yang teguh dan kukuh. Pantas orang sering menyebut  setegar batu karang sebagai simbol orang yang teguh pendirian.

          Tidak lama kemudian ada mobil yang mengarah ke desanya. Ternyata mobil itu berhenti di depan Sungaib & Dirman. Lalu orang yang di dalam mobil itu turun. Ia menanyakan dimana rumah kepala kampung disini. Sungaib & Dirman pun mengantarkannya sampai ke rumah kepala kampung.

          Orang itu pun langsung menemui Pak Jafar. Ia memperkenalkan diri kepada Pak Jafar. Ia bernama Pak Juned. Setelah memperkenalkan diri Pak Juned langsung mengutarakan maksud kedatangannya. Pak Juned kemari ingin membeli ikan hasil tangkapan nelayan, yang bernama ikan Napoleon & Grouper. Ternyata di kampung Dirman ada ikan tersebut. Pak Juned langsung membeli semua ikan itu dengan harga Rp. 8000 ,- per kilogram.

          Warga di kampung itu sangat senang kepada Pak Juned. Karena Pak Juned sangat dermawan & baik hati. Kalau orang–orang menerima tamunya dengan suka cita, tidak demikian dengan Bu Ani guru Dirman. Entah kenapa guru itu kurang senang melihat keberadaaan Pak Juned di kampung itu. Ia takut ada pamrih dibalik semua ini.

0 komentar:

Posting Komentar